"BBM
bakal naik, subsidi dikurangi, kenapa ga pake BBG? Kapan Indonesia naju!?"
Itulah kata-kata yang akan terucap disaat kabar kenaikan BBM naik, dan
kebanyakan semua orang hanya bisa bicara, bukan bertindak. Tetapi posting kali
ini bukan tentang BBM, karena ini bukan posting politik. Posting kali ini
adalah tentang KEHIDUPAN kita semua. Kenapa? Pahami yang akan kutulis . .
Sebenarnya
kejadian ini bukanlah hal yang spesial, hanya saja kejadian ini bisa dipahami
maknanya. Kejadian ini terjadi 2 minggu yang lalu, lebih tepatnya 2 hari
setelah UN tingkat SMA. Aku akan pergi menginap (biasa . . refreshing . .), di
daerah Tembalang, Semarang. Pagi hari kuawali dengan sholat, mandi, makan, dan
. . servis motor. 3 jam kulewati, dan tepatnya jam 10 motorku bisa kuambil dari
bengkel. Dari sinilah kejadian ini berawal . .
Keluar dari
bengkel, kulangsungkan tujuanku kesana. Aku tidak mungkin melewatkan
"liburan"ku ini, terlebih lagi aku sendirian dirumah. Di depan
bengkel pun sudah kutemui teman lamaku . . kemacetan . . Sebenarnya kemacetan
itu bukanlah hal yang baik ataupun buruk. Kita hanya diberikan ujian kesabaran
untuk kita semua. Disini kulihat berbagai macam ekspresi para manusia tak
bersabar hati. Kuakui, banyak hal yang bisa dipetik dari kemacetan tersebut. Disisi
kananku, terjadi perselisihan antara pengendara motor dan supir angkot.
"Hanya terserempet" batinku. Tetapi perselisihan itu terus berlanjut,
dan kuyakin mereka bisa membunuh satu sama lain.
Kemacetan
pun mereda, dan akhirnya kuda besiku ini bebas berlari. Kejadian selanjutnya
adalah saatku mengantri membeli bensin. "Sudah kuduga, mereka hanya bisa
bicara" kuberkata. Lihat saja, para pengendara kuda besi itu sedang
mengantri di barisan premium! Dan terlebih lagi motor tersebut tidaklah mahal.
Meskipun begitu, mereka tidak ada yang mengantri di bagian non-subsidi.
Karena
terburu-buru, aku mengisi bensin non-subsidi (karena antrian kosong). Memang
mahal, tapi setidaknya aku menyumbangkan uangku untuk anggaran negara.
"Mas, hari ini yang mengisi pertamax berapa motor?" kubertanya.
"Baru 6 motor pak" dijawabnya. Lucu juga akan apa yang kupikirkan,
bahwa para pendemo terbagi menjadi 2 bagian, yakni para pejuang hak dan para
perampas. Maksudku akan para perampas adalah mereka memperjuangkan hak mereka
untuk menggunakan hak orang lain. Masalah ini cukup serius, tapi tak akan
kulanjutkan.
Dua puluh
ribu kukeluarkan, dan kulanjutkan perjalananku kesana. Tengah perjalanan,
terbayang dikepalaku akan perjalananku ini. Melaju dengan kecepatan yang pelan
itu serasa melihat masa laluku dengan cara diperlambat. Disini kulihat
anak-anak jalanan. Mengemis, menjual koran, menjual 'cobekan' hanya untuk
memakan sesuap nasi. Dari sini aku terbayang, sebenarnya kehidupan macam apa
yang akan kulalui jika aku hanya bisa melihat dan mendengar kehidupan yang
masih tak ada apa-apanya dibandingkan orang-orang sukses dikehidupan mereka
sendiri. Bagaimana caranya menjadi seseorang yang kita idolakan? Sebenarnya ini
bukanlah hal yang susah ataupun mudah. Pertanyaan ini pernah kutanyakan kepada
orang tuaku, dan mereka menjawab "Mengikuti jejak idolamu itu baik, dan
lebih baik lagi jika idolamulah yang mengidolakanmu...". Terkadang
kuberpikir, "Memang benar apa yang mereka katakan, tapi bagaimana?".
Tinggal
seperempat jalan. Tak kusangka sudah sedekat ini, sempat terpikir untuk terus
melaju hingga keluar kota, melihat sisi jalan yang penuh dengan beragam
kehidupan. Ku berhenti sejenak di SPBU terdekat, hanya untuk beristirahat.
Diseberang jalan, terlihat adanya segerombolan anak yang beramai-ramai berjalan
pulang. Hebatnya, mereka semua berebeda! Ada yang menggunakan baju muslim
dengan membawa Al-Quran, ada yang membawa selendang kuning, dan hal-hal lain
yang memiliki nilai agama dan budaya. Terpikir di kepalaku, "Bhineka
Tunggal Ika...."
Kulanjutkan
perjalananku ini. Tak terasa sudah setengah jam kulalui dalam perjalan ini,
tetapi aku menjadi sadar akan kehidupanku yang sepenuhnya hanya sebuah
gambaran. Aku yakin akan semua keinginanku ini, bahwa semua itu hanya sebuah
keberuntungan belaka. Semua yang kuinginkan bukanlah hal yang kubutuhkan, dan
semua kebutuhanku selalu terpenuhi, dan kusia-siakan itu semua.
Telah
sampai diriku ke tujuanku. Dan beruntungnya bahan bakarku masih cukup untuk
pulang di esok hari. Serasa ganjil dihati dan aneh diakal. Rasanya, Tuhan sudah
memberikan jalan yang sangat lebar dan luas, dan banyak lowongan-lowongan
pekerjaan untuk kehidupan kita. Yang harus kita lakukan adalah memenuhi standar
kita untuk bisa diterima di pekerjaan tersebut, dengan usaha pastinya.
Setidaknya
inilah yang bisa kusampaikan untuk dibagikan, semoga saja ini bisa menjadi
salah satu tulisan* terbaikku. (tanpa bahasa yang aneh- aneh tentunya). Sekian,
see ya in heaven.