Senin, 30 April 2012

Road of Life


"BBM bakal naik, subsidi dikurangi, kenapa ga pake BBG? Kapan Indonesia naju!?" Itulah kata-kata yang akan terucap disaat kabar kenaikan BBM naik, dan kebanyakan semua orang hanya bisa bicara, bukan bertindak. Tetapi posting kali ini bukan tentang BBM, karena ini bukan posting politik. Posting kali ini adalah tentang KEHIDUPAN kita semua. Kenapa? Pahami yang akan kutulis . .

Sebenarnya kejadian ini bukanlah hal yang spesial, hanya saja kejadian ini bisa dipahami maknanya. Kejadian ini terjadi 2 minggu yang lalu, lebih tepatnya 2 hari setelah UN tingkat SMA. Aku akan pergi menginap (biasa . . refreshing . .), di daerah Tembalang, Semarang. Pagi hari kuawali dengan sholat, mandi, makan, dan . . servis motor. 3 jam kulewati, dan tepatnya jam 10 motorku bisa kuambil dari bengkel. Dari sinilah kejadian ini berawal . .

Keluar dari bengkel, kulangsungkan tujuanku kesana. Aku tidak mungkin melewatkan "liburan"ku ini, terlebih lagi aku sendirian dirumah. Di depan bengkel pun sudah kutemui teman lamaku . . kemacetan . . Sebenarnya kemacetan itu bukanlah hal yang baik ataupun buruk. Kita hanya diberikan ujian kesabaran untuk kita semua. Disini kulihat berbagai macam ekspresi para manusia tak bersabar hati. Kuakui, banyak hal yang bisa dipetik dari kemacetan tersebut. Disisi kananku, terjadi perselisihan antara pengendara motor dan supir angkot. "Hanya terserempet" batinku. Tetapi perselisihan itu terus berlanjut, dan kuyakin mereka bisa membunuh satu sama lain.

Kemacetan pun mereda, dan akhirnya kuda besiku ini bebas berlari. Kejadian selanjutnya adalah saatku mengantri membeli bensin. "Sudah kuduga, mereka hanya bisa bicara" kuberkata. Lihat saja, para pengendara kuda besi itu sedang mengantri di barisan premium! Dan terlebih lagi motor tersebut tidaklah mahal. Meskipun begitu, mereka tidak ada yang mengantri di bagian non-subsidi.

Karena terburu-buru, aku mengisi bensin non-subsidi (karena antrian kosong). Memang mahal, tapi setidaknya aku menyumbangkan uangku untuk anggaran negara. "Mas, hari ini yang mengisi pertamax berapa motor?" kubertanya. "Baru 6 motor pak" dijawabnya. Lucu juga akan apa yang kupikirkan, bahwa para pendemo terbagi menjadi 2 bagian, yakni para pejuang hak dan para perampas. Maksudku akan para perampas adalah mereka memperjuangkan hak mereka untuk menggunakan hak orang lain. Masalah ini cukup serius, tapi tak akan kulanjutkan.

Dua puluh ribu kukeluarkan, dan kulanjutkan perjalananku kesana. Tengah perjalanan, terbayang dikepalaku akan perjalananku ini. Melaju dengan kecepatan yang pelan itu serasa melihat masa laluku dengan cara diperlambat. Disini kulihat anak-anak jalanan. Mengemis, menjual koran, menjual 'cobekan' hanya untuk memakan sesuap nasi. Dari sini aku terbayang, sebenarnya kehidupan macam apa yang akan kulalui jika aku hanya bisa melihat dan mendengar kehidupan yang masih tak ada apa-apanya dibandingkan orang-orang sukses dikehidupan mereka sendiri. Bagaimana caranya menjadi seseorang yang kita idolakan? Sebenarnya ini bukanlah hal yang susah ataupun mudah. Pertanyaan ini pernah kutanyakan kepada orang tuaku, dan mereka menjawab "Mengikuti jejak idolamu itu baik, dan lebih baik lagi jika idolamulah yang mengidolakanmu...". Terkadang kuberpikir, "Memang benar apa yang mereka katakan, tapi bagaimana?".

Tinggal seperempat jalan. Tak kusangka sudah sedekat ini, sempat terpikir untuk terus melaju hingga keluar kota, melihat sisi jalan yang penuh dengan beragam kehidupan. Ku berhenti sejenak di SPBU terdekat, hanya untuk beristirahat. Diseberang jalan, terlihat adanya segerombolan anak yang beramai-ramai berjalan pulang. Hebatnya, mereka semua berebeda! Ada yang menggunakan baju muslim dengan membawa Al-Quran, ada yang membawa selendang kuning, dan hal-hal lain yang memiliki nilai agama dan budaya. Terpikir di kepalaku, "Bhineka Tunggal Ika...."

Kulanjutkan perjalananku ini. Tak terasa sudah setengah jam kulalui dalam perjalan ini, tetapi aku menjadi sadar akan kehidupanku yang sepenuhnya hanya sebuah gambaran. Aku yakin akan semua keinginanku ini, bahwa semua itu hanya sebuah keberuntungan belaka. Semua yang kuinginkan bukanlah hal yang kubutuhkan, dan semua kebutuhanku selalu terpenuhi, dan kusia-siakan itu semua.

Telah sampai diriku ke tujuanku. Dan beruntungnya bahan bakarku masih cukup untuk pulang di esok hari. Serasa ganjil dihati dan aneh diakal. Rasanya, Tuhan sudah memberikan jalan yang sangat lebar dan luas, dan banyak lowongan-lowongan pekerjaan untuk kehidupan kita. Yang harus kita lakukan adalah memenuhi standar kita untuk bisa diterima di pekerjaan tersebut, dengan usaha pastinya.

Setidaknya inilah yang bisa kusampaikan untuk dibagikan, semoga saja ini bisa menjadi salah satu tulisan* terbaikku. (tanpa bahasa yang aneh- aneh tentunya). Sekian, see ya in heaven.

2 komentar: